Minggu, 30 November 2014

Film yang disutradrai oleh Edward Zwick dengan judul “The Last Samurai” menarik untuk dikaji, seperti film action pada umum yang memperlihatkan alur monolog hingga klimaks ini memang telah menonjolkan sisi kehidupan dari sebuah masyarakat (dunia) yang saling memiliki perbedaan dengan kekuatan yang berbeda. Zwick sebagai pria asal Amerika mampu membawa kita untuk mengenal Jepang lebih dalam, ini terlihat dari awal film yang menceritakan sekilas legenda negeri ‘Samurai’ yang konon berawal dari kisah pedang dewa yang meninggalkan bekas di lautan Samudera.

Selain itu Zwick juga mengangkat sisi budaya, tempat, gaya hidup masyarakat serta pola pikir dari orang-orang Jepang yang terlihat dari berbagai kebijakan dan prilaku dari Kaisar yang berkuasa dalam mengatur rakyatnya termasuk gaya hidup hingga peninggalan leluhur dari generasi Samurai.

Apa yang pernah diungkapkan oleh Hofstede (1980) tentang kultur atau budaya dalam konsep budaya nasional memang begitu terlihat dalam film ini jika ditelaah lebih lanjut. Dimana gaya kolektif dari masyarakat terjadi dalam kehidupan orang Jepang jika dibandingkan dengan westernisasi ala Amerika yang diperlihatkan pada sosok pemeran utama Kapten Nathan Algren (Tom Cruise). Empat dimensi konsep budaya nasional yang dipaparkan oleh Hofstede, yaitu jarak kekuasaan (power distance), penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance), individualism dan kolektivitas, serta maskulinitas dan feminism sangat-sangat jelas tergambar dalam film yang mengambil setting tahun 1876 ini.

Adapun dimensi yang disebutkan oleh Hoftsede tersebut hampir semuanya tergambarkan dalam tayangan film tersebut, secara detail kita bisa melihatnya mulai dari tayangan saat digambarkannya pemerintahan Jepang pada masa itu yang mulai kemunculan westernisasi dengan ditandai akselerasi modernitas dan industrialisasi pada sisi kehidupan masyarakat. Kedatangan orang-orang barat ke Jepang yang telah lebih dulu sebelum Kapten Algren memperlihatkan juga satu sisi tanda, bahwa secara pelan-pelan Jepang dalam proses –sedang– mengubah kebudayaan timurnya menjadi budaya barat.

Sebelum lebih dalam, sekilas kita kembali pada awal film yang memperlihatkan profil singkat tentara AS, yakni sosok Kapten Nathan Algren yang mendapatkan penghormatan khusus dimunculkan untuk tampil kepada publik dikarenakan medali penghormatan telah berjasa dalam perang sipil di Amerika Serikat saat melakukan perlawanan terhadap native Indian yang tak lain adalah suku asli Negara ‘Paman Sam’ itu sendiri. Disini penonton (masyarakat Amerika) sendiri juga merasa bangga dengan jasa yang telah dilakukan oleh Algren dengan begitu antusias mereka melihat perkembangan yang telah jauh berkembang seperti senapan atau senjata yang didemo bisa membunuh banyak orang.